OPINI: Ketika Kebangkitan Nasional ‘Belum’ Membangkitkan Pemuda 109 tahun kebangkitan nasional, bukanlah sebuah waktu yang singkat. Ada kematangan yang terkandung di dalamnya. Para pemuda, yang dituntu mampu menjadi sebagai motor pembangunan justru memberikan potret yang memprihatinkan. Mereka, para pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ lebih memilih banyak diam, terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang jauh sekali perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa-masa yang lalu. Rongrongan globalisasi yang datang dari seluruh penjuru, membuat kebanyakan pemuda terlena. ‘Digitalisasi’ seolah telah menghipnosis mereka agar lebih banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam keberlangsungan pembangunan dan keutuhan bangsa. Semangat Kebangkitan Nasional seyogyanga dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan perubahan-perubahan signifikan dalam diri demi kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan Nasional harus menjadi penyemangat untuk merefleksi diri agar lebih mampu memahami kondisi ‘pilu’ yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat kebangkitan Nasional tidak lagi boleh dianggap sebagai momentum saja. Maka, terkait dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda. Pertama, pemuda harus menjadi motor pembangunan. Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat menggebu, tentu akan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan. Bukan hanya itu, pemuda juga dinilai masih memilki pemikiran-pemikiran segar, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang tentu menjadi penunjang. Sudah saatnya pemuda meringsek masuk ke semua lini strtegis. Mereka tidak boleh lagi hanya berfokus pada dunia akademisi saja. Bahkan, dengan kemampuan yang dimiliki, bukan hal mustahil mereka dapat memposiskan diri masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai ‘tameng’ untuk melakukan gerakan perubahan. Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator pembangunan Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak sedikit yang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan, harus diperhadapkan pada beberapa hambatan selama tahap pelaksanaan. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan pembangunan kepada pemerintah semata. Pemuda, dalam hal ini dapat menunjukkan perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala seperti ini, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan pembangunan akan bermunculan. Yang sudah barang tentu solusi-solusi tersebut akan menunjang suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka, agar pemuda dapat dilibatkan di semua sektor. Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan. Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagai insan yang kritis, mereka harus senantiasa memberikan masukan dan perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika lah yang dibutuhkan. Sebab pada faktanya, tidak sedikit pemuda yang melakukan kritik pemerintahan dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan perbaikan, namun justru melakukan pengerusakan. Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat menjadi sebuah jalan keluar. Maka, di momentum yang istimewa ini, 109 tahun kebangkitan nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai kebangkitan seutuhnya. Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan peringatan semata. Harus ada kerja nyata. Tindakan praktikal dari para pemudalah yang sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemajuan bangsa. Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi penggerak. Bukan pribadi yang hanya mampu memberikan kritik tanpa solusi. Seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut. Hari Kebangkitan Nasional bukan jangan lagi hanya menjadi momentum untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun pada dasarnya Hari kKbangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonisme yang selalu membelenggu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku!

OPINI: Ketika Kebangkitan Nasional ‘Belum’ Membangkitkan Pemuda 109 tahun kebangkitan nasional, bukanlah sebuah waktu yang singkat. Ada kematangan yang terkandung di dalamnya. Para pemuda, yang dituntu mampu menjadi sebagai motor pembangunan justru memberikan potret yang memprihatinkan. Mereka, para pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ lebih memilih banyak diam, terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang jauh sekali perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa-masa yang lalu. Rongrongan globalisasi yang datang dari seluruh penjuru, membuat kebanyakan pemuda terlena. ‘Digitalisasi’ seolah telah menghipnosis mereka agar lebih banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam keberlangsungan pembangunan dan keutuhan bangsa. Semangat Kebangkitan Nasional seyogyanga dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan perubahan-perubahan signifikan dalam diri demi kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan Nasional harus menjadi penyemangat untuk merefleksi diri agar lebih mampu memahami kondisi ‘pilu’ yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat kebangkitan Nasional tidak lagi boleh dianggap sebagai momentum saja. Maka, terkait dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda. Pertama, pemuda harus menjadi motor pembangunan. Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat menggebu, tentu akan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan. Bukan hanya itu, pemuda juga dinilai masih memilki pemikiran-pemikiran segar, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang tentu menjadi penunjang. Sudah saatnya pemuda meringsek masuk ke semua lini strtegis. Mereka tidak boleh lagi hanya berfokus pada dunia akademisi saja. Bahkan, dengan kemampuan yang dimiliki, bukan hal mustahil mereka dapat memposiskan diri masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai ‘tameng’ untuk melakukan gerakan perubahan. Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator pembangunan Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak sedikit yang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan, harus diperhadapkan pada beberapa hambatan selama tahap pelaksanaan. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan pembangunan kepada pemerintah semata. Pemuda, dalam hal ini dapat menunjukkan perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala seperti ini, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan pembangunan akan bermunculan. Yang sudah barang tentu solusi-solusi tersebut akan menunjang suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka, agar pemuda dapat dilibatkan di semua sektor. Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan. Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagai insan yang kritis, mereka harus senantiasa memberikan masukan dan perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika lah yang dibutuhkan. Sebab pada faktanya, tidak sedikit pemuda yang melakukan kritik pemerintahan dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan perbaikan, namun justru melakukan pengerusakan. Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat menjadi sebuah jalan keluar. Maka, di momentum yang istimewa ini, 109 tahun kebangkitan nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai kebangkitan seutuhnya. Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan peringatan semata. Harus ada kerja nyata. Tindakan praktikal dari para pemudalah yang sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemajuan bangsa. Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi penggerak. Bukan pribadi yang hanya mampu memberikan kritik tanpa solusi. Seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut. Hari Kebangkitan Nasional bukan jangan lagi hanya menjadi momentum untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun pada dasarnya Hari kKbangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonisme yang selalu membelenggu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku! - Hallo sahabat PORTAL PIYUNGAN, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul OPINI: Ketika Kebangkitan Nasional ‘Belum’ Membangkitkan Pemuda 109 tahun kebangkitan nasional, bukanlah sebuah waktu yang singkat. Ada kematangan yang terkandung di dalamnya. Para pemuda, yang dituntu mampu menjadi sebagai motor pembangunan justru memberikan potret yang memprihatinkan. Mereka, para pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ lebih memilih banyak diam, terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang jauh sekali perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa-masa yang lalu. Rongrongan globalisasi yang datang dari seluruh penjuru, membuat kebanyakan pemuda terlena. ‘Digitalisasi’ seolah telah menghipnosis mereka agar lebih banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam keberlangsungan pembangunan dan keutuhan bangsa. Semangat Kebangkitan Nasional seyogyanga dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan perubahan-perubahan signifikan dalam diri demi kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan Nasional harus menjadi penyemangat untuk merefleksi diri agar lebih mampu memahami kondisi ‘pilu’ yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat kebangkitan Nasional tidak lagi boleh dianggap sebagai momentum saja. Maka, terkait dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda. Pertama, pemuda harus menjadi motor pembangunan. Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat menggebu, tentu akan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan. Bukan hanya itu, pemuda juga dinilai masih memilki pemikiran-pemikiran segar, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang tentu menjadi penunjang. Sudah saatnya pemuda meringsek masuk ke semua lini strtegis. Mereka tidak boleh lagi hanya berfokus pada dunia akademisi saja. Bahkan, dengan kemampuan yang dimiliki, bukan hal mustahil mereka dapat memposiskan diri masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai ‘tameng’ untuk melakukan gerakan perubahan. Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator pembangunan Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak sedikit yang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan, harus diperhadapkan pada beberapa hambatan selama tahap pelaksanaan. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan pembangunan kepada pemerintah semata. Pemuda, dalam hal ini dapat menunjukkan perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala seperti ini, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan pembangunan akan bermunculan. Yang sudah barang tentu solusi-solusi tersebut akan menunjang suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka, agar pemuda dapat dilibatkan di semua sektor. Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan. Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagai insan yang kritis, mereka harus senantiasa memberikan masukan dan perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika lah yang dibutuhkan. Sebab pada faktanya, tidak sedikit pemuda yang melakukan kritik pemerintahan dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan perbaikan, namun justru melakukan pengerusakan. Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat menjadi sebuah jalan keluar. Maka, di momentum yang istimewa ini, 109 tahun kebangkitan nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai kebangkitan seutuhnya. Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan peringatan semata. Harus ada kerja nyata. Tindakan praktikal dari para pemudalah yang sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemajuan bangsa. Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi penggerak. Bukan pribadi yang hanya mampu memberikan kritik tanpa solusi. Seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut. Hari Kebangkitan Nasional bukan jangan lagi hanya menjadi momentum untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun pada dasarnya Hari kKbangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonisme yang selalu membelenggu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku!, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Bone, Artikel Daerah, Artikel Hari Ini, Artikel Indonesia, Artikel Kabar, Artikel Ragam, Artikel Terkini, Artikel Update, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : OPINI: Ketika Kebangkitan Nasional ‘Belum’ Membangkitkan Pemuda 109 tahun kebangkitan nasional, bukanlah sebuah waktu yang singkat. Ada kematangan yang terkandung di dalamnya. Para pemuda, yang dituntu mampu menjadi sebagai motor pembangunan justru memberikan potret yang memprihatinkan. Mereka, para pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ lebih memilih banyak diam, terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang jauh sekali perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa-masa yang lalu. Rongrongan globalisasi yang datang dari seluruh penjuru, membuat kebanyakan pemuda terlena. ‘Digitalisasi’ seolah telah menghipnosis mereka agar lebih banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam keberlangsungan pembangunan dan keutuhan bangsa. Semangat Kebangkitan Nasional seyogyanga dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan perubahan-perubahan signifikan dalam diri demi kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan Nasional harus menjadi penyemangat untuk merefleksi diri agar lebih mampu memahami kondisi ‘pilu’ yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat kebangkitan Nasional tidak lagi boleh dianggap sebagai momentum saja. Maka, terkait dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda. Pertama, pemuda harus menjadi motor pembangunan. Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat menggebu, tentu akan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan. Bukan hanya itu, pemuda juga dinilai masih memilki pemikiran-pemikiran segar, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang tentu menjadi penunjang. Sudah saatnya pemuda meringsek masuk ke semua lini strtegis. Mereka tidak boleh lagi hanya berfokus pada dunia akademisi saja. Bahkan, dengan kemampuan yang dimiliki, bukan hal mustahil mereka dapat memposiskan diri masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai ‘tameng’ untuk melakukan gerakan perubahan. Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator pembangunan Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak sedikit yang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan, harus diperhadapkan pada beberapa hambatan selama tahap pelaksanaan. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan pembangunan kepada pemerintah semata. Pemuda, dalam hal ini dapat menunjukkan perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala seperti ini, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan pembangunan akan bermunculan. Yang sudah barang tentu solusi-solusi tersebut akan menunjang suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka, agar pemuda dapat dilibatkan di semua sektor. Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan. Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagai insan yang kritis, mereka harus senantiasa memberikan masukan dan perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika lah yang dibutuhkan. Sebab pada faktanya, tidak sedikit pemuda yang melakukan kritik pemerintahan dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan perbaikan, namun justru melakukan pengerusakan. Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat menjadi sebuah jalan keluar. Maka, di momentum yang istimewa ini, 109 tahun kebangkitan nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai kebangkitan seutuhnya. Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan peringatan semata. Harus ada kerja nyata. Tindakan praktikal dari para pemudalah yang sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemajuan bangsa. Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi penggerak. Bukan pribadi yang hanya mampu memberikan kritik tanpa solusi. Seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut. Hari Kebangkitan Nasional bukan jangan lagi hanya menjadi momentum untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun pada dasarnya Hari kKbangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonisme yang selalu membelenggu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku!
link : OPINI: Ketika Kebangkitan Nasional ‘Belum’ Membangkitkan Pemuda 109 tahun kebangkitan nasional, bukanlah sebuah waktu yang singkat. Ada kematangan yang terkandung di dalamnya. Para pemuda, yang dituntu mampu menjadi sebagai motor pembangunan justru memberikan potret yang memprihatinkan. Mereka, para pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ lebih memilih banyak diam, terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang jauh sekali perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa-masa yang lalu. Rongrongan globalisasi yang datang dari seluruh penjuru, membuat kebanyakan pemuda terlena. ‘Digitalisasi’ seolah telah menghipnosis mereka agar lebih banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam keberlangsungan pembangunan dan keutuhan bangsa. Semangat Kebangkitan Nasional seyogyanga dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan perubahan-perubahan signifikan dalam diri demi kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan Nasional harus menjadi penyemangat untuk merefleksi diri agar lebih mampu memahami kondisi ‘pilu’ yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat kebangkitan Nasional tidak lagi boleh dianggap sebagai momentum saja. Maka, terkait dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda. Pertama, pemuda harus menjadi motor pembangunan. Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat menggebu, tentu akan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan. Bukan hanya itu, pemuda juga dinilai masih memilki pemikiran-pemikiran segar, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang tentu menjadi penunjang. Sudah saatnya pemuda meringsek masuk ke semua lini strtegis. Mereka tidak boleh lagi hanya berfokus pada dunia akademisi saja. Bahkan, dengan kemampuan yang dimiliki, bukan hal mustahil mereka dapat memposiskan diri masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai ‘tameng’ untuk melakukan gerakan perubahan. Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator pembangunan Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak sedikit yang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan, harus diperhadapkan pada beberapa hambatan selama tahap pelaksanaan. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan pembangunan kepada pemerintah semata. Pemuda, dalam hal ini dapat menunjukkan perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala seperti ini, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan pembangunan akan bermunculan. Yang sudah barang tentu solusi-solusi tersebut akan menunjang suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka, agar pemuda dapat dilibatkan di semua sektor. Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan. Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagai insan yang kritis, mereka harus senantiasa memberikan masukan dan perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika lah yang dibutuhkan. Sebab pada faktanya, tidak sedikit pemuda yang melakukan kritik pemerintahan dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan perbaikan, namun justru melakukan pengerusakan. Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat menjadi sebuah jalan keluar. Maka, di momentum yang istimewa ini, 109 tahun kebangkitan nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai kebangkitan seutuhnya. Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan peringatan semata. Harus ada kerja nyata. Tindakan praktikal dari para pemudalah yang sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemajuan bangsa. Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi penggerak. Bukan pribadi yang hanya mampu memberikan kritik tanpa solusi. Seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut. Hari Kebangkitan Nasional bukan jangan lagi hanya menjadi momentum untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun pada dasarnya Hari kKbangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonisme yang selalu membelenggu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku!

Baca juga


OPINI: Ketika Kebangkitan Nasional ‘Belum’ Membangkitkan Pemuda 109 tahun kebangkitan nasional, bukanlah sebuah waktu yang singkat. Ada kematangan yang terkandung di dalamnya. Para pemuda, yang dituntu mampu menjadi sebagai motor pembangunan justru memberikan potret yang memprihatinkan. Mereka, para pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ lebih memilih banyak diam, terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang jauh sekali perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa-masa yang lalu. Rongrongan globalisasi yang datang dari seluruh penjuru, membuat kebanyakan pemuda terlena. ‘Digitalisasi’ seolah telah menghipnosis mereka agar lebih banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam keberlangsungan pembangunan dan keutuhan bangsa. Semangat Kebangkitan Nasional seyogyanga dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan perubahan-perubahan signifikan dalam diri demi kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan Nasional harus menjadi penyemangat untuk merefleksi diri agar lebih mampu memahami kondisi ‘pilu’ yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat kebangkitan Nasional tidak lagi boleh dianggap sebagai momentum saja. Maka, terkait dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda. Pertama, pemuda harus menjadi motor pembangunan. Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat menggebu, tentu akan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan. Bukan hanya itu, pemuda juga dinilai masih memilki pemikiran-pemikiran segar, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang tentu menjadi penunjang. Sudah saatnya pemuda meringsek masuk ke semua lini strtegis. Mereka tidak boleh lagi hanya berfokus pada dunia akademisi saja. Bahkan, dengan kemampuan yang dimiliki, bukan hal mustahil mereka dapat memposiskan diri masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai ‘tameng’ untuk melakukan gerakan perubahan. Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator pembangunan Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak sedikit yang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan, harus diperhadapkan pada beberapa hambatan selama tahap pelaksanaan. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan pembangunan kepada pemerintah semata. Pemuda, dalam hal ini dapat menunjukkan perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala seperti ini, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan pembangunan akan bermunculan. Yang sudah barang tentu solusi-solusi tersebut akan menunjang suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka, agar pemuda dapat dilibatkan di semua sektor. Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan. Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagai insan yang kritis, mereka harus senantiasa memberikan masukan dan perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika lah yang dibutuhkan. Sebab pada faktanya, tidak sedikit pemuda yang melakukan kritik pemerintahan dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan perbaikan, namun justru melakukan pengerusakan. Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat menjadi sebuah jalan keluar. Maka, di momentum yang istimewa ini, 109 tahun kebangkitan nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai kebangkitan seutuhnya. Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan peringatan semata. Harus ada kerja nyata. Tindakan praktikal dari para pemudalah yang sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemajuan bangsa. Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi penggerak. Bukan pribadi yang hanya mampu memberikan kritik tanpa solusi. Seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut. Hari Kebangkitan Nasional bukan jangan lagi hanya menjadi momentum untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun pada dasarnya Hari kKbangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonisme yang selalu membelenggu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku!



Demikianlah Artikel OPINI: Ketika Kebangkitan Nasional ‘Belum’ Membangkitkan Pemuda 109 tahun kebangkitan nasional, bukanlah sebuah waktu yang singkat. Ada kematangan yang terkandung di dalamnya. Para pemuda, yang dituntu mampu menjadi sebagai motor pembangunan justru memberikan potret yang memprihatinkan. Mereka, para pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ lebih memilih banyak diam, terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang jauh sekali perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa-masa yang lalu. Rongrongan globalisasi yang datang dari seluruh penjuru, membuat kebanyakan pemuda terlena. ‘Digitalisasi’ seolah telah menghipnosis mereka agar lebih banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam keberlangsungan pembangunan dan keutuhan bangsa. Semangat Kebangkitan Nasional seyogyanga dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan perubahan-perubahan signifikan dalam diri demi kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan Nasional harus menjadi penyemangat untuk merefleksi diri agar lebih mampu memahami kondisi ‘pilu’ yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat kebangkitan Nasional tidak lagi boleh dianggap sebagai momentum saja. Maka, terkait dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda. Pertama, pemuda harus menjadi motor pembangunan. Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat menggebu, tentu akan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan. Bukan hanya itu, pemuda juga dinilai masih memilki pemikiran-pemikiran segar, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang tentu menjadi penunjang. Sudah saatnya pemuda meringsek masuk ke semua lini strtegis. Mereka tidak boleh lagi hanya berfokus pada dunia akademisi saja. Bahkan, dengan kemampuan yang dimiliki, bukan hal mustahil mereka dapat memposiskan diri masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai ‘tameng’ untuk melakukan gerakan perubahan. Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator pembangunan Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak sedikit yang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan, harus diperhadapkan pada beberapa hambatan selama tahap pelaksanaan. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan pembangunan kepada pemerintah semata. Pemuda, dalam hal ini dapat menunjukkan perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala seperti ini, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan pembangunan akan bermunculan. Yang sudah barang tentu solusi-solusi tersebut akan menunjang suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka, agar pemuda dapat dilibatkan di semua sektor. Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan. Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagai insan yang kritis, mereka harus senantiasa memberikan masukan dan perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika lah yang dibutuhkan. Sebab pada faktanya, tidak sedikit pemuda yang melakukan kritik pemerintahan dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan perbaikan, namun justru melakukan pengerusakan. Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat menjadi sebuah jalan keluar. Maka, di momentum yang istimewa ini, 109 tahun kebangkitan nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai kebangkitan seutuhnya. Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan peringatan semata. Harus ada kerja nyata. Tindakan praktikal dari para pemudalah yang sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemajuan bangsa. Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi penggerak. Bukan pribadi yang hanya mampu memberikan kritik tanpa solusi. Seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut. Hari Kebangkitan Nasional bukan jangan lagi hanya menjadi momentum untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun pada dasarnya Hari kKbangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonisme yang selalu membelenggu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku!

Sekianlah artikel OPINI: Ketika Kebangkitan Nasional ‘Belum’ Membangkitkan Pemuda 109 tahun kebangkitan nasional, bukanlah sebuah waktu yang singkat. Ada kematangan yang terkandung di dalamnya. Para pemuda, yang dituntu mampu menjadi sebagai motor pembangunan justru memberikan potret yang memprihatinkan. Mereka, para pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ lebih memilih banyak diam, terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang jauh sekali perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa-masa yang lalu. Rongrongan globalisasi yang datang dari seluruh penjuru, membuat kebanyakan pemuda terlena. ‘Digitalisasi’ seolah telah menghipnosis mereka agar lebih banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam keberlangsungan pembangunan dan keutuhan bangsa. Semangat Kebangkitan Nasional seyogyanga dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan perubahan-perubahan signifikan dalam diri demi kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan Nasional harus menjadi penyemangat untuk merefleksi diri agar lebih mampu memahami kondisi ‘pilu’ yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat kebangkitan Nasional tidak lagi boleh dianggap sebagai momentum saja. Maka, terkait dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda. Pertama, pemuda harus menjadi motor pembangunan. Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat menggebu, tentu akan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan. Bukan hanya itu, pemuda juga dinilai masih memilki pemikiran-pemikiran segar, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang tentu menjadi penunjang. Sudah saatnya pemuda meringsek masuk ke semua lini strtegis. Mereka tidak boleh lagi hanya berfokus pada dunia akademisi saja. Bahkan, dengan kemampuan yang dimiliki, bukan hal mustahil mereka dapat memposiskan diri masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai ‘tameng’ untuk melakukan gerakan perubahan. Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator pembangunan Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak sedikit yang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan, harus diperhadapkan pada beberapa hambatan selama tahap pelaksanaan. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan pembangunan kepada pemerintah semata. Pemuda, dalam hal ini dapat menunjukkan perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala seperti ini, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan pembangunan akan bermunculan. Yang sudah barang tentu solusi-solusi tersebut akan menunjang suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka, agar pemuda dapat dilibatkan di semua sektor. Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan. Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagai insan yang kritis, mereka harus senantiasa memberikan masukan dan perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika lah yang dibutuhkan. Sebab pada faktanya, tidak sedikit pemuda yang melakukan kritik pemerintahan dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan perbaikan, namun justru melakukan pengerusakan. Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat menjadi sebuah jalan keluar. Maka, di momentum yang istimewa ini, 109 tahun kebangkitan nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai kebangkitan seutuhnya. Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan peringatan semata. Harus ada kerja nyata. Tindakan praktikal dari para pemudalah yang sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemajuan bangsa. Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi penggerak. Bukan pribadi yang hanya mampu memberikan kritik tanpa solusi. Seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut. Hari Kebangkitan Nasional bukan jangan lagi hanya menjadi momentum untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun pada dasarnya Hari kKbangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonisme yang selalu membelenggu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel OPINI: Ketika Kebangkitan Nasional ‘Belum’ Membangkitkan Pemuda 109 tahun kebangkitan nasional, bukanlah sebuah waktu yang singkat. Ada kematangan yang terkandung di dalamnya. Para pemuda, yang dituntu mampu menjadi sebagai motor pembangunan justru memberikan potret yang memprihatinkan. Mereka, para pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ lebih memilih banyak diam, terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang jauh sekali perbedaannya dengan apa yang terjadi di masa-masa yang lalu. Rongrongan globalisasi yang datang dari seluruh penjuru, membuat kebanyakan pemuda terlena. ‘Digitalisasi’ seolah telah menghipnosis mereka agar lebih banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam keberlangsungan pembangunan dan keutuhan bangsa. Semangat Kebangkitan Nasional seyogyanga dijadikan sebagai momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan perubahan-perubahan signifikan dalam diri demi kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan Nasional harus menjadi penyemangat untuk merefleksi diri agar lebih mampu memahami kondisi ‘pilu’ yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat kebangkitan Nasional tidak lagi boleh dianggap sebagai momentum saja. Maka, terkait dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda. Pertama, pemuda harus menjadi motor pembangunan. Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat menggebu, tentu akan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan. Bukan hanya itu, pemuda juga dinilai masih memilki pemikiran-pemikiran segar, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang tentu menjadi penunjang. Sudah saatnya pemuda meringsek masuk ke semua lini strtegis. Mereka tidak boleh lagi hanya berfokus pada dunia akademisi saja. Bahkan, dengan kemampuan yang dimiliki, bukan hal mustahil mereka dapat memposiskan diri masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai ‘tameng’ untuk melakukan gerakan perubahan. Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator pembangunan Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak sedikit yang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan, harus diperhadapkan pada beberapa hambatan selama tahap pelaksanaan. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan pembangunan kepada pemerintah semata. Pemuda, dalam hal ini dapat menunjukkan perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala seperti ini, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan pembangunan akan bermunculan. Yang sudah barang tentu solusi-solusi tersebut akan menunjang suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka, agar pemuda dapat dilibatkan di semua sektor. Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan. Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilaksanakan oleh pemerintah. Sebagai insan yang kritis, mereka harus senantiasa memberikan masukan dan perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika lah yang dibutuhkan. Sebab pada faktanya, tidak sedikit pemuda yang melakukan kritik pemerintahan dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan perbaikan, namun justru melakukan pengerusakan. Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat menjadi sebuah jalan keluar. Maka, di momentum yang istimewa ini, 109 tahun kebangkitan nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai kebangkitan seutuhnya. Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan peringatan semata. Harus ada kerja nyata. Tindakan praktikal dari para pemudalah yang sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemajuan bangsa. Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi penggerak. Bukan pribadi yang hanya mampu memberikan kritik tanpa solusi. Seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut. Hari Kebangkitan Nasional bukan jangan lagi hanya menjadi momentum untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun pada dasarnya Hari kKbangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonisme yang selalu membelenggu. Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku! dengan alamat link https://dportalpiyungan.blogspot.com/2017/05/opini-ketika-kebangkitan-nasional-belum.html

Subscribe to receive free email updates: